BBSNEWS.CO.ID, Jakarta – Mobil listrik bekas saat ini menunjukkan penurunan harga yang sangat drastis di pasar otomotif Indonesia. Tren ini mencerminkan rendahnya nilai jual kembali (resale value) kendaraan listrik dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin atau diesel (ICE).
Misalnya, di platform jual beli kendaraan seperti OLX, Hyundai Ioniq 5 tipe Signature Long Range keluaran 2023 kini ditawarkan mulai dari Rp 460 juta. Padahal, harga barunya mencapai Rp 844,6 juta. Artinya, dalam kurun waktu dua setengah tahun, harga kendaraan tersebut telah menyusut sekitar 55%.
Contoh lainnya, Kia EV6 GT Line 2023 yang saat baru dibanderol Rp 1,349 miliar, kini dijual kembali mulai dari Rp 775 juta, mengalami depresiasi sekitar 57,5%.
Penurunan serupa juga terlihat pada mobil listrik Wuling Air ev Long Range buatan 2023, yang sekarang dipasarkan dengan harga awal Rp 155 juta, padahal harga barunya saat peluncuran mencapai Rp 299,5 juta. Ini menunjukkan penurunan nilai lebih dari 51% hanya dalam waktu dua tahun lebih sedikit.
Bandingkan dengan Mobil Mesin Konvensional
Jika dibandingkan, kendaraan bermesin konvensional tidak mengalami depresiasi harga setajam itu. Umumnya, mobil bensin atau diesel mengalami penurunan nilai sekitar 15–25% di tahun pertama, dan sekitar 10–15% di tahun-tahun berikutnya.
Mengapa Mobil Listrik Bekas Cepat Terdepresiasi?
Menurut Yannes Martinus Pasaribu, pakar otomotif dan akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), penyebab utama turunnya harga mobil listrik bekas terletak pada risiko terkait baterai serta pesatnya inovasi teknologi di sektor tersebut.
“Baterai merupakan komponen paling mahal dalam kendaraan listrik, bisa mencapai 30–40% dari harga total. Itu pula yang membuat konsumen ragu saat ingin membeli unit bekas,” jelas Yannes saat diwawancarai, Jumat (6/6/2025).
Ia menambahkan bahwa salah satu kekhawatiran utama calon pembeli adalah penurunan performa baterai yang tak bisa dihindari seiring waktu. Umumnya, baterai hanya mampu menahan sekitar 3.000 siklus pengisian daya, atau setara dengan pemakaian selama 7–8 tahun. Setelah periode itu, garansi pabrikan akan habis, dan biaya penggantian baterai bisa sangat mahal—bahkan melebihi nilai jual kendaraan itu sendiri.
Dengan risiko tinggi dan cepatnya penurunan teknologi, maka tidak heran jika harga jual kembali mobil listrik bekas saat ini mengalami tekanan yang sangat berat.