Medan – Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai NasDem Sumatera Utara, Iskandar, mendesak pihak kepolisian segera memublikasikan identitas lengkap dari buronan kasus perjudian online (judol) yang kebetulan memiliki nama yang sama persis dengannya. Tuntutan ini bertujuan untuk membantah kecurigaan bahwa insiden salah tangkap terhadap dirinya adalah tindakan yang sengaja diatur.
“Kami mendesak Polrestabes Medan untuk mengungkapkan secara detail dan transparan siapa sosok Iskandar sebenarnya, yang menjadi target pengejaran polisi terkait kasus judi online, dan segera meringkusnya,” kata Iskandar dalam keterangan persnya pada Senin (20/10/2025).
Iskandar mensinyalir, jika kepolisian tidak memberikan keterangan yang terbuka mengenai buronan judol tersebut—yang mungkin terkait dengan aktivitas seperti vioslot, peristiwa penangkapannya di bandara hanyalah sebuah rekayasa. Ia menduga skenario ini dirancang untuk merusak reputasi pribadinya dan menjatuhkan nama baik Partai NasDem di mata masyarakat Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.
Menurutnya, figur yang menjadi target penangkapan adalah gembong judol kelas atas. Hal ini terlihat dari tindakan pengejaran yang dilakukan hingga ke dalam pesawat dan melanggar berbagai prosedur yang berlaku. Oleh karena itu, nama baiknya harus dipulihkan melalui pengungkapan identitas sang buronan.
“Saya menuntut polisi untuk secepatnya mengekspos siapa buronan kelas kakap itu, agar nama baik saya pulih dan terbukti bahwa pelaku judi online yang meresahkan masyarakat adalah Iskandar yang lain, bukan saya,” tegasnya mengakhiri.
Kronologi dan Tuntutan Sanksi Tegas
Iskandar sebelumnya diberitakan menjadi korban penangkapan yang keliru saat akan terbang menggunakan maskapai tertentu dari Bandara Kualanamu menuju Bandara Soekarno-Hatta pada malam Rabu (15/10). Atas kejadian tersebut, Kapolda Sumut dan Kapolrestabes Medan telah menyampaikan permohonan maaf.
Pihak kepolisian beralasan mereka sedang mengejar orang dengan kesamaan nama yang diduga terlibat dalam aktivitas judol dan diinformasikan akan berangkat malam itu. Namun, informasi tersebut ternyata tidak akurat, yang berujung pada dipaksanya Ketua NasDem Sumut Iskandar turun dari pesawat yang akan lepas landas.
Iskandar kemudian mengajukan somasi dan meminta permintaan maaf secara terbuka dari empat institusi yang dianggap bertanggung jawab, yaitu direksi maskapai penerbangan, Kapolrestabes Medan, Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah II Medan (Kualanamu), dan Kepala Satuan Keamanan Penerbangan PT Angkasa Pura Aviasi (Kualanamu).
“Permintaan maaf dari Pak Kapolda dan Kapolrestabes memang kami terima. Namun, kami tetap menuntut agar proses penindakan terhadap anggota yang menyalahi aturan harus dijalankan,” ungkap Iskandar kepada BBSNEWS pada Minggu (19/10).
Dia juga menuntut sanksi yang keras, bahkan pemecatan atau Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH), bagi personel yang terlibat dalam aksi salah tangkap tersebut. Ia menilai perbuatan tersebut termasuk kategori pelanggaran berat, bukan sekadar ketidaksesuaian prosedur.
Iskandar juga menyanggah klaim Kabid Humas Polda Sumut Kombes Ferry Walintukan yang menyebut tim polisi saat itu hanya melakukan identifikasi. Menurut Iskandar, kejadian sebenarnya adalah upaya penangkapan.
“Ini jelas bukan proses identifikasi, ini adalah upaya penangkapan karena saya diminta untuk turun. Saya meminta Kabid Humas meralat ucapannya. Video yang ada membuktikan bahwa itu adalah proses penangkapan,” tegasnya.
Selain itu, Iskandar mendesak agar penanggung jawab dan pihak pemberi perintah kepada aparat yang terlibat ditindak. Ia juga meminta dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah anggota dari Polres Deli Serdang, yang wilayahnya mencakup bandara tersebut, ikut terlibat, mengingat Polrestabes seharusnya berkoordinasi dengan Polres Deli Serdang.