BBSNEWS.CO.ID, Berikut adalah rangkuman langkah-langkah utama dalam mengelola penyakit ayan (epilepsi): pertama, kenali gejala dan pemicunya; kedua, terapkan perubahan gaya hidup serta diet khusus; ketiga, patuhi pengobatan antikejang sesuai resep dokter; keempat, manfaatkan terapi tambahan seperti stimulasi saraf; dan kelima, pertimbangkan tindakan bedah jika terapi konservatif tidak memadai. Pemantauan rutin dan dukungan keluarga juga sangat penting dalam mencapai kontrol kejang yang optimal.
Penyebab dan Gejala Epilepsi
Penyakit ayan disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang berlebihan dan tidak terkendali, sehingga memicu kejang berulang. Gejala kejang dapat bervariasi, mulai dari kehilangan kesadaran singkat hingga hentakan otot yang kuat dan berkepanjangan . Beberapa faktor pemicu meliputi stres, kurang tidur, infeksi sistem saraf, gangguan metabolik, serta konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang . Pada anak-anak, cedera lahir, riwayat keluarga epilepsi, dan kelainan perkembangan otak juga meningkatkan risiko munculnya kejang
Perubahan Gaya Hidup dan Diet
Pola hidup sehat memainkan peran penting dalam menekan frekuensi kejang. Tidur cukup, yaitu 7–9 jam per malam, membantu menstabilkan aktivitas listrik otak . Selain itu, hindari stres berlebihan dengan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga . Dalam hal diet, diet ketogenik—tinggi lemak dan rendah karbohidrat—telah terbukti mengurangi kejang pada sebagian pasien . Suplemen asam lemak omega-3 juga dapat mendukung kesehatan otak dan menurunkan keparahan kejang
Pengobatan Farmakologis
Pengobatan lini pertama untuk mengendalikan kejang adalah obat antiepilepsi (OAE) yang diresepkan oleh dokter
. Obat umum meliputi:
-
Asam valproat, efektif untuk berbagai tipe kejang
- Carbamazepine, sering digunakan pada kejang fokal
- Lamotrigine, yang memiliki profil efek samping ringan
- Levetiracetam, populer karena minim interaksi obat
- Topiramate, berguna untuk kejang refrakter
Monoterapi (satu obat) biasanya diutamakan, dan bila belum terkontrol, dokter dapat menambahkan obat kedua (politerapi)
Terapi Tambahan dan Intervensi
Selain obat, beberapa terapi dapat membantu mengontrol kejang:
-
Stimulasi saraf vagus (VNS), di mana elektroda dipasang untuk menstimulasi saraf vagus secara berkala, mengurangi frekuensi kejang
- Neurostimulasi responsif (RNS), memonitor dan merespons aktivitas epileptik secara real time
- Diet khusus (ketogenik atau diet rendah glikemik) untuk pasien refrakter
Tindakan Bedah
Pada epilepsi yang tidak merespon terapi konservatif, pembedahan dapat dipertimbangkan Teknik bedah meliputi:
-
Reseksi fokus epilepsi, mengangkat area otak yang menjadi sumber kejang
- Hemisferektomi, pada kasus langka dengan kejang berat yang melibatkan satu belahan otak
-
Pencegahan dan Pemantauan
Untuk mencegah kambuhnya kejang, pasien dianjurkan:
-
Mematuhi jadwal minum obat tanpa terlewat
- Menghindari pemicu seperti alkohol, tidur kurang, dan stres
- Melakukan pemeriksaan rutin EEG dan konsultasi dengan neurolog
Dukungan keluarga dan edukasi pasien tentang pertolongan pertama saat kejang (misalnya memiringkan kepala ke samping, melindungi kepala) juga penting untuk mengurangi risiko cedera
Dengan strategi terpadu antara gaya hidup sehat, pengobatan farmakologis, terapi tambahan, dan intervensi bedah bila diperlukan, hingga 70% pasien epilepsi dapat mencapai kontrol kejang yang memadai. Konsultasikan selalu dengan dokter spesialis saraf untuk menentukan rencana pengobatan yang paling sesuai.