Jumlah dan komposisi penduduk di suatu negara adalah dasar penting dalam merancang kebijakan publik, terutama dalam hal kesehatan, pendidikan, dan pembangunan ekonomi. Di tahun 2025, data angka penduduk Taiwan menjadi sorotan dunia karena berbagai perubahan signifikan yang terjadi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Mari kita bahas secara rinci dan lengkap.
Tren Terbaru Data Angka Penduduk Taiwan
Jumlah Penduduk Menurun, Mengapa Bisa Terjadi?
Berdasarkan laporan resmi dari Kementerian Dalam Negeri Taiwan (MOI), jumlah penduduk Taiwan pada pertengahan tahun 2025 diperkirakan hanya mencapai 23,0 juta jiwa, mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini dipicu oleh tingkat kelahiran yang rendah dan angka kematian yang semakin tinggi, terutama akibat penuaan populasi.
“Taiwan menghadapi krisis demografi serius. Ini bukan hanya soal angka, tapi masa depan ekonomi dan kesejahteraan sosial,” ujar Prof. Chien-Yu Lin, ahli demografi dari National Taiwan University.
Rasio Kelahiran Terendah di Asia
Rasio kelahiran Taiwan di tahun 2024 tercatat hanya 0,87 anak per wanita, menjadikannya salah satu yang terendah di Asia. Penurunan ini dipengaruhi oleh tingginya biaya hidup, tekanan karier, dan keterlambatan usia menikah.
“Anak-anak bukan lagi prioritas bagi generasi muda Taiwan, mereka memilih karier dan kebebasan pribadi,” ungkap Mei-Ling Hsu, sosiolog dari Academia Sinica.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Dominasi Populasi Lansia
Fakta mengejutkan lainnya dalam data angka penduduk Taiwan 2025 adalah bahwa lebih dari 21% penduduk Taiwan berada di atas usia 65 tahun. Ini menjadikan Taiwan sebagai salah satu negara dengan populasi lansia tertinggi di dunia.
Hal ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya beban sistem kesehatan dan pensiun.
Imbalance Jenis Kelamin
Secara nasional, rasio jenis kelamin Taiwan adalah 101 pria per 100 wanita, tetapi ketidakseimbangan ini lebih terasa di kelompok usia produktif karena migrasi tenaga kerja perempuan ke luar negeri.
Persebaran Penduduk di Taiwan: Kota vs Desa
Urbanisasi Tinggi
Hampir 80% penduduk Taiwan tinggal di kota-kota besar seperti Taipei, New Taipei, Kaohsiung, dan Taichung. Ini menciptakan tekanan besar pada infrastruktur, transportasi, dan hunian.
Di sisi lain, banyak desa-desa kecil mengalami kekosongan penduduk dan kesulitan mempertahankan layanan dasar seperti sekolah dan klinik.
Migrasi Internal
Populasi muda cenderung meninggalkan kota kecil menuju pusat-pusat industri untuk mencari pekerjaan. Ini memperkuat ketimpangan ekonomi antarwilayah.
“Jika tren ini berlanjut, akan ada kota mati di wilayah pedesaan dalam satu dekade ke depan,” prediksi Dr. Han Yu-Sheng, peneliti kebijakan publik.
Dampak Ekonomi dari Penurunan Penduduk Taiwan
Krisis Tenaga Kerja
Salah satu dampak langsung dari menurunnya angka penduduk Taiwan adalah menyusutnya jumlah tenaga kerja. Dengan proporsi warga usia kerja (15–64 tahun) yang semakin kecil, produktivitas nasional bisa terancam.
Inovasi dan Robotisasi
Sebagai respons, pemerintah Taiwan mendorong digitalisasi dan otomatisasi di berbagai sektor industri.
“Kami tidak bisa bergantung pada manusia selamanya. Teknologi adalah kunci menjaga daya saing,” jelas Wakil Menteri Ekonomi Taiwan.
Penurunan Konsumsi Domestik
Jumlah penduduk yang berkurang secara otomatis menurunkan permintaan domestik, terutama pada sektor ritel, properti, dan transportasi umum.
Strategi Pemerintah Menghadapi Krisis Populasi
Insentif Kelahiran
Pemerintah Taiwan menawarkan tunjangan kelahiran hingga NT$60.000 per anak dan program subsidi pendidikan usia dini. Namun hasilnya masih minim.
Mendorong Imigrasi Terbatas
Sebagai solusi jangka pendek, Taiwan mulai membuka peluang bagi imigran terampil dari Asia Tenggara untuk mengisi kekosongan di sektor-sektor penting.
Program Lansia Aktif
Menghadapi jumlah lansia yang besar, Taiwan meluncurkan program pemberdayaan lansia agar tetap produktif dan tidak menjadi beban negara.
Perbandingan dengan Negara Lain
Dibandingkan Jepang dan Korea Selatan
Kondisi demografi Taiwan sering disandingkan dengan Jepang dan Korea Selatan yang mengalami masalah serupa. Namun, Taiwan dinilai lebih lambat dalam melakukan intervensi kebijakan jangka panjang.
Negara Berkembang: Ancaman atau Peluang?
Sementara negara-negara Asia Tenggara mengalami bonus demografi, Taiwan bisa menjalin kerja sama untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dan menciptakan pasar baru.
Proyeksi Penduduk Taiwan di Masa Depan
Berdasarkan proyeksi dari MOI Taiwan:
- Tahun 2030: 22,4 juta jiwa
- Tahun 2040: 21,2 juta jiwa
- Tahun 2050: 19,8 juta jiwa
Penurunan ini bersifat permanen jika tidak ada langkah besar yang diambil. Taiwan sedang berada di titik kritis.
“Data angka penduduk Taiwan bukan sekadar statistik. Ini adalah alarm bagi perubahan besar,” kata Prof. Lin.
Kesimpulan: Waktu Bertindak Sekarang
Masalah populasi bukan hanya soal angka. Ini menyangkut masa depan ekonomi, sosial, dan politik Taiwan. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, mulai dari menurunnya angka kelahiran, meningkatnya lansia, hingga urbanisasi ekstrem, Taiwan perlu kebijakan yang cerdas dan cepat.
Langkah-langkah seperti subsidi keluarga, penguatan sektor teknologi, hingga pembukaan diri terhadap imigrasi adalah solusi yang mulai dijalankan, namun belum cukup. (***)